“Literasi digital tidak hanya tentang memahami cara menggunakan teknologi, tetapi juga melibatkan kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi, dan menggunakan informasi dengan bijak,” -Sofwan Faizal Sifyan-
Sukoharjo, Suarajateng.id- Konten manipulatif, berita palsu (hoaks), dan disinformasi semakin meningkat. menjadi ancaman serius bagi ketahanan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Direktur Lembaga Kajian Lintas Kultural (LKLK). Sofwan Faizal Sifyan mengatakan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan besar dalam cara manusia berinteraksi, berkomunikasi, dan memperoleh informasi.
Media sosial, sebagai salah satu produk teknologi digital, telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari, terutama di kalangan generasi muda. Platform seperti Facebook, Instagram, TikTok, Twitter, dan YouTube tidak hanya digunakan untuk hiburan, tetapi juga sebagai alat untuk berbagi informasi, belajar, dan membangun jaringan sosial.
Namun, media sosial juga membawa tantangan besar. jumlah konten manipulatif, berita palsu (hoaks), dan disinformasi meningkat.
“Ini menjadi ancaman serius, karena tidak semua masyarakat memiliki keterampilan kritis untuk memilah informasi yang valid dari yang tidak kredibel,” ungkapnya, Jumat (14/2/2025)
Selain itu, teknologi canggih seperti Artificial Intelligence (AI) dan deepfake semakin mempermudah produksi konten manipulatif, yang sering kali digunakan untuk menyebarkan agenda tertentu, baik dalam ranah politik, ekonomi, maupun sosial.
“Fenomena ini tidak hanya menghambat pemikiran kritis, tetapi juga memperburuk polarisasi di masyarakat,” imbuhnya
Kelompok Paling Rentan
Generasi muda, sebagai pengguna media sosial terbesar, menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dampak negatif ini.
Banyak dari mereka terjebak dalam filter bubble dan echo chamber, yang mempersempit pandangan mereka dan memperkuat bias kognitif.
Maka, generasi muda perlu dibekali dengan kemampuan berpikir kritis, ketahanan terhadap konten manipulatif, serta pengetahuan tentang etika dan hukum dalam bermedia sosial
Tidak hanya itu, penggunaan media sosial yang tidak bijaksana juga memiliki dampak negatif pada kesehatan mental. Studi menunjukkan bahwa eksposur berlebihan terhadap konten manipulatif atau disinformasi dapat menyebabkan stres, kecemasan, bahkan depresi.
Tantangan ini diperparah oleh kurangnya pengetahuan tentang konsekuensi hukum akibat penyebaran konten yang tidak bertanggung jawab di media sosial.
Oleh karena itu, menurutnya diperlukan langkah konkret untuk membekali generasi muda. Langkah Konkret yang bisa dilakukan ialah dengan meningkatkan kualitas literasi digital. Serta memebrikan keterampilan literasi digital yang komprehensif.
“Literasi digital tidak hanya tentang memahami cara menggunakan teknologi, tetapi juga melibatkan kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi, dan menggunakan informasi dengan bijak,” pungkas Sofwan