KARANGNYAR, (Suarajateng.id) — ” … Saya masih kelas 3 SMP, waktu ibu saya meninggal dunia, setelah itu kehidupan saya berubah 180°, saya mulai kenal dengan minuman keras, nongkrong malam bahkan saat masih SMA saya keluar masuk sampai 2x dan akhirnya DO , setelah DO saya nge punk jalanan dan mengamen di terminal Karanganyar…”
Itulah sepenggal kisah kelam milik Dwi Agus, penggagas gerakan Bikers Subuhan di Kota Kabupaten Karanganyar. Bukan hal yang mudah bagi Agus bersama empat kawan dekatnya mengawali gerakan Bikers Subuhan pada 28 April 2018 lalu. Dihina, ditertawakan ketika itu adalah sebuah konsekuensi yang harus dia terima.
“Dulu kalau saya ke masjid selalu di bully sama kawan2 saya, kadang di hina, bahkan pernah suatu ketika saya dipaksa minum-minuman keras tapi selalu saya tolak dan saya ajak berantem bila benar- benar memaksa”, tutur Agus kepada Suarajateng.id belum lama ini.
Selepas merantau di Jakarta dan ingin lepas dari bayang- bayang masalalu yang kelam dan ingin memulai sebuah lembaran baru yang penuh berkah dia memutuskan hijrah baik fisik maupun rohani. Dia mulai menata kehidupan rohaninya, yakni dengan semakin giat beribadah. Bersama ke empat kawan karibnya dia merintis berdirinya Komunitas Pemuda Insyaf Karanganyar (KOPIKA).
Bikers Subuhan
Dari KOPIKA lahirlah gerakan dakwah seperti Bikers Subuhan, *BIRMIZON*(Belajar Iqro Minggu Zonten)
*MASBRO*(Maos Al-Qur’an Sesarengan Malem Rebo). Kegiatan ini cukup menarik minat para mantan preman, anak punk, dan anak jalanan di Karanganyar. Terbukti komunitas yang baru dirintis pada pertigaan tahun 2018 ini dari semula hanya lima anggota kini sudah mencapai 70 anggota aktif.
“Saya pancing kawan-kawan yang masih suka mabuk-mabukan itu dengan ngopi dan makan malam gratis,di suatu wedangan sambil di sesi obrolan saya selipkan kisi- kisi dakwah dalam obrolan kita, Alhamdulillah disambut baik”, ucap Agus.
Agus menceritakan jika setelah ajakan “makan malam bersama” itu selalu berakhir dengan sharing tentang bagaimana proses hijrah yang sudah dilewatinya disambung dengan cerita masalah keseharian yang telah mereka lakukan masing-masing. Anggota KOPIKA yang terus bertambah ini berasal dari berbagai kecamatan di Kabupaten Karanganyar seperti Karanganyar, Karangpandan, Jamus, Jumapolo, Matesih, Mojogedang, Kerjo bahkan dari Solo pun ada yang bergabung dengan mereka. Komunitas ini tidak membatasi latar belakang sosial dan asal daerah mereka yang terpenting bagi mereka ialah saling belajar ilmu agama, saling mengingatkan dan saling mengajak pada kebaikan.
“Alhamdulillah disamping mereka (anggota KOPIKA- Red) belajar agama bersama tapi mereka juga mau mendakwahkan agama nya dan satu per satu kawan yg dulu maksiat bersama akhirnya ikut juga ke komunitas KOPIKA” jelas Agus.
Sebagai Ketua KOPIKA tentu Agus patut bersyukur karena keberadaan komunitas ini mendapat sambutan baik dari berbagai kalangan, khususnya masyarakat awam yang tidak memiliki riwayat kelam seperti dia dan teman-teman mayoritas di KOPIKA. Tidak sedikit dari masyarakat yang merasa terharu dengan aksi- aksi sosial yang mereka lakukan seperti aksi pemberian santunan kepada dhuafa dan juga aksi pembagian air bersih kepada warga. Karena masyarakat tidak menyangka jika anggota KOPIKA yang dulunya sering berbuat onar, meresahkan kini menjadi sosok yang hangat dan peduli kepada sesama.
Kegiatan dakwah yang paling menarik bagi banyak kalangan ialah Bikers Subuhan. Bikers Subuhan merupakan kegiatan yang bertujuan mengajak mereka yang ingin hijrah namun bingung memulainya karena tidak jarang mereka malu pada lingkungan jika mereka ingin shalat di masjid. Apa lagi shalat subuh merupakan shalat yang paling berat bagi seorang muslim termasuk bagi mereka yang baru saja berhijrah karena harus melawan kantuk. Melalui kegiatan Bikers Subuhan semakin teguh azam mereka untuk menunaikan shalat subuh dan shalat fardhu yang lain di masjid.
“Alhamdulilah hingga saat ini kami sudah melaksanakan safari subuh di 34 masjid di Karanganyar” paparnya.
Meskipun namanya Bikers Subuhan kegiatan ini tidak mengharuskan pesertanya untuk memiliki motor sendiri. Siapapun yang berniat ikut pun bisa datang berboncengan karena esensinya ialah beribadah bersama. Melalui komunitas ini Agus dan teman- teman merasa semakin bertambah ilmu, dan imannya. Sebuah pencapaian yang tidak kalah hebat ialah kini mereka sudah bisa membaca Al-Qur’an meskipun masih terbata- bata.
“Kita di komunitas ini memiliki visi dan misi Karanganyar B3A Bebas Buta Baca Al- Qur’an” terangnya.
KOPIKA sebagai komunitas yang terdiri dari mantan- mantan anak nakal,pecandu narkoba,bandar narkoba,anak punk, anak musik, anak skateboard, bahkan eks preman memiliki sebuah harapan agar Kabupaten Karanganyar di kemudian hari bisa menjadi kota yang Islami. Terutama kepada para kaum muda penting kiranya mereka memiliki akhlakul karimah hingga terwujudlah Karanganyar sebagai kota Islami yang berakhlakul karimah. Selain itu gerakan cinta masjid, shalat berjamaah di masjid harus mulai digalakkan karena kejayaan kaum muslimin berawal dari masjid.
Info selengkapnya tentang KOPIKA bisa diakses melalui Instagram @bikerssubuhankarangnyar; FB bikerssubuhankaranganyar.
Rep: Kukuh Subekti / Red: Tori Nuariza