SOLO, (Suarajateng.id) -Apel Akbar Santri Nusantara bersama Presiden Joko Widodo dipastikan akan digelar di Benteng Vastenburg Solo, Jawa Tengah. Puncak peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2018 yang diselenggarakan oleh Rabitah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI-NU) ini sempat tertunda dua kali.
Sebelumnya, RMI-NU mengagendakan Apel Akbar Santri Nusantara bersama Presiden Joko Widodo digelar tanggal 7 Oktober 2018, bertepatan dengan final Liga Santri Nusantara (LSN) di Stadion Sriwedari. Namun, Presiden berhalangan hadir lantaran terjadi bencana gempa bumi dan tsunami di Donggala, Palu dan Sigi, Sulawesi Tengah.
RMI-NU menjadwalkan kembali Apel Akbar Santri Nusantara bersama Presiden Joko Widodo pada tanggal 13 Oktober 2018. Namun, rencana tersebut juga urung terlaksana. Ketua PP RMI-NU H. Abdul Ghoffar Rozin kembali menjadwalkan Apel Akbar Santri Nusantara pada 20 Oktober 2018 mendatang.
“Dalam peringatan HSN tahun 2018 ini, RMI NU yang merupakan asosiasi pondok pesantren se-Indonesia di bawah naungan NU, akan menggelar Apel Akbar Santri Nusantara yang dipusatkan di Benteng Vastenburg Kota Solo Jawa Tengah, pada Sabtu (20 Oktober 2018) mendatang,” ujar Ketua PP RMI NU H Abdul Ghoffar Rozin dalam siaran peresnya, Rabu (17/10/2018)
Gus Rozin menuturkan, Apel Akbar Santri Nusantara akan diikuti sekitar 50 ribu santri. Presiden juga dipastikan akan datang pada kegiatan tersebut. Apel Akbar Santri Nusantara ini diselenggarakan sebagai peneguhan komitmen kaum santri dalam menjaga berdirinya NKRI.
“Ulama dan santri dari dulu hingga sekarang menjadi motor penggerak kesatuan nasional, dan momentum peneguhan komitmen kaum santri untuk tetap menjadi penjaga bangsa dam negara Indonesia,” imbuhnya
Ia menambahkan, Apel Akbar ini juga menjadi bagian untuk mendorong pemahaman kaum pesantren, atas kondisi kebangsaan saat ini dan akan datang. Saat ini bangsa Indonesia masih menghadapi ancaman ideologi Menurutnya, eksistensi NKRI dalam kondisi terancam.
“Di sisi lain, santri perlu ikut terlibat dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pemerataan pembangunan, termasuk bidang ekonomi membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak, termasuk pesantren,” pungkansya (Arief)